Stand Up
artinya reportase langsung melaporkan suatu kejadian, peristiwa atau kondisi
objek berita langsung dari tempat kejadian. Bagi seorang reporter untuk stand up di hadapan kamera bukan sesuatu
yang mudah. Biasanya demam kamera dan perasaan grogi akan menyelimuti para
reporter yang baru terjun di lapangan apalagi Anda adalah pemula. Untuk itu,
reporter harus mampu menguasai perasaan, suara, dan hal psikis lainnya berkaitan
dengan peristiwa atau kondisi saat Anda laporkan. Dengan kata lain, mental dan maindset seorang reporter pada saat stand up harus prima, terutama
diperlukan daya improvisasinya.
Disarankan
pada saat stand up seorang reporter
melengkapi diri dengan catatan kecil yang menjadi pointer kejadian atau kondisi yang harus dilaporkan. Tapi detail
dan narasinya harus dia improvisasi sendiri. Dan, yang tak kalah penting adalah
eye contact (kontak mata) antara
reporter dengan penonton harus tetap dijaga, karena ribuan bahkan jutaan
penonton sedang menonton Anda di rumah.
Ada
dua jenis stand up. Pertama, stand up yang dilakukan secara live (langsung dari tempat kejadian).
Untuk keperluan ini pihak stasiun tv harus menggunakan SNG (Satelit News Gathering) dengan
menurunkan peralatan canggihnya seperti OB Van yang dihubungkan dengan anchor di studio. Kedua, stand up rekaman yang dibuat untuk
keperluan paket berita.
Seorang
reporter harus betul-betul prima dalam melaporkan langsung dari tempat
kejadian. Jangan sampai ada kesalahan karena langsung disiarkan kepada pemirsa.
Kesalahan sedikit saja akan membuat reportase yang mengecewakan penonton.
Sementara yang kedua, jika ada kesalahan bisa diulang sampai menghasilkan stand up yang baik.
Berikut
beberapa tips sebelum melakukan stand up reportase:
1. Cek peralatan syuting (kamera, mic,
kabel, lampu) sebelum melakukan stand up.
2. Jika peralatan sudah siap, siapkan
fisik dan mental Anda, termasuk make-up,
costum, dan wadrope yang Anda kenakan. Jangan sampai terlihat norak atau tidak
enak dipandang.
3. Pilihlah lokasi yang memungkinkan juru
kamera leluasa mengambil gambar, termasuk masalah pencahayaan (minmal key light) dan gerakan kamera.
4. Aturlah komposisi yang pas dengan cara
tetap memperlihatkan latar belakang lokasi kejadian. Untuk mendapatkan
komposisi yang baik, maka gnakan frame KS (Knee
Shot) agar backgroud tetap
terlihat pemirsa. Atau bisa juga dengan LS (Long
Shot)
5. Reporter tidak harus ditempatkan
ditengah, tapi sesuaikan dengan backgroud
lokasi kejadian. Jika dipaksakan centered
bisa terkesan kaku atau backgroud tak
mendukung.
6.
Buatlah catatan kecil sebagi pointer
pada secarik kertas, yang memuat hal-hal atau point-point penting dari kejadian
yang akan disampaikan. Ini dapat diatasi dengan menggunakan alat komunikasi
canggih zaman sekarang yakni HP, Tab dan lainnya.
7. Jika kamera sudah on (dalam kondisi stand by)
maka mata harus selalu melihat lensa kamera. Lensa merupakan wakil dari mata
penonton. Kalau sampai melenceng maka stand
up gagal karena memutuskan kontak mata dengan penonton.
8. Konsentrasi merupakan hal penting.
Jika pikiran sudah beralih memikirkan lainnya, bisa dipastikan stand up Anda gagal. Jadi, tetaplah
berkonsentrasi untuk kesempurnaan reportase Anda.
9.
Anda tidak boleh terpaku seperti patung.
Gunakan gesture tubuh. Atau bila
perlu Anda bisa berjalan-jalan untuk mendesripsikan suatu kejadian atau lokasi
suatu peristiwa.
10. Aturlah suara sebaik mungkin. Jangan
gagap, usahakan tetap lancar dan jelas pengucapannya. Jika kondisi lingkungan
bising, maka usahakan suara diperkeras. Untuk itu biasanya juru kamera
menggunakan headphone untuk mengecek
kejelasan dan keras-lembutnya suara.
11. Tutuplah laporan Anda sesuai dengan
jenis berita yang dilaporkan. Jika melaporkan hal-hal sedih, maka tutuplah
dengan suara dan mimik muka ikut prihatin. Sebaliknya, jika melaporkan hal-hal
yang menggembirakan, sunggingkan senyum ketika menutup laporan.