"Ada lebih dari 100 artis yang memiliki penghasilan Rp 100 juta per bulan. Salah satunya adalah profesi seorang presenter." -Helmy Yahya.
Saat ini, profesi presenter merupakan
salah satu profesi impian anak muda di Indonesia. Terlihat saat perekrutan
calon tenaga baru beberapa stasiun televisi swasta nasional, yang mendapat
antusias tinggi dengan banyaknya peserta tes.
Ketika mengikuti seleksi pencarian
calon presenter, keberuntungan seseorang ikut menentukan. Namun kemampuan diri
juga ikut berpengaruh dalam keberuntungan tersebut. Penilaian umum seorang
presenter adalah orang yang memiliki wawasan luas, jago bicara, serta memiliki
kepribadian yang menarik. Kemampuan tersebut, akan menjadi suatu kelebihan saat
mengikuti tes.
Seorang presenter tidah hanya
bermodalkan wajah cantik serta tampang keren. Meski face menarik, sebagai salah satu faktor pendukung, namun tidak
berlaku mutlak. Yang terpenting, memiliki kemampuan membawakan sebuah acara,
supaya informasi yang dibawakan dapat diterima dengan baik oleh publik.
Kemampuan seorang presenter saat membawakan
acara, berpengaruh terhadap kesuksesan sebuah acara. Berikut ini, panduan bagi
pemula yang ingin melatih diri dan menempuk karier di bidang penyiaran, sebagai
presenter berita atau presenter berita. Check
this out!
I.
Pengertian Presenter
Sebelum membahas lebih jauh mengenai
profesi ini, terlebih dahulu kita ketahui pengertian dari presenter. Istilah presenter,
mulai akrab didengar dan di poluperkan oleh industri televisi di Indonesia. Presenter,
yaitu seorang yang membawakan dan menyampaikan sebuah informasi, atau narasi dalam
sebuah program acara di stasiun televisi. Seperti proram acara berita, kuis (game show), talk show, acara musik, infotaiment,
acara olahraga , dan reality show.
Dalam dunia penyiaran televisi, dikenal
dua jenis presenter. Yaitu presenter berita dan presenter acara.
1. Presenter
Berita (Newspresenter)
Presenter berita, adalah presenter yang
bertugas membacakan sebuah berita. Dia tidak terlibat dalam proses peliputan,
serta penentuan sebuah berita. Materi berita yang dibacakannya, telah disusun
dan disiapkan oleh redaksi pemberitaan. Pembaca berita televisi di Indonesia,
dipelopori oleh TVRI. Programnya yang paling terkenal, yaitu Dunia Dalam Berita. Akhir tahun 80-an,
muncul RCTI dengan program berita Seputar
Indonesia. Saat ini, semua stasiun televisi mempunyai program berita. Seperti
SCTV (Liputan 6), ANTV (Reportase), dan METRO TV yang porsi acaranya lebih
banyak ke program berita, seperti (Metro Pagi, Metro Siang, Metro Hari Ini, dan
Metro Malam). Masing-masing stasiun televisi dalam menyajikan program berita,
serta cara presenter dalam membacakan berita, memiliki ciri serta karakter
tersendiri, disesuaikan dengan target audience
masing-masing stasiun televisi.
2. Presenter
Acara (Non-News)
Yaitu presenter yang bertugas
membawakan sebuah program acara, namun tidak terlibat dalam konsep, persiapan,
serta tanggung jawab dengan jalannya acara. Acara yang dibawakan, telah
dipersiapkan dan diproduksi oleh masing-masing stasiun televisi atau rumah
produksi, seperti presenter musik, infotaiment
dan kuis. Kabar Kabari, merupakan
program acara infotaiment selebriti
pertama di Indonesia, yang diproduksi oleh Shandika Widya Cinema dan
ditayangkan di RCTI. Seiring waktu, hampir semua stasiun televisi swasta
nasional, memiliki program tayangan serupa. Mulai dari Cek & Ricek (RCTI), Hot Shot
(SCTV), dan lainnya.
II.
Profesi Sebagai Presenter
Mendengar kata
presenter, yang terlintas adalah seorang yang memiliki kecerdasan, wawasan
luas, terkenal dan sering tampil di layar kaca. Seiring berkembangnya industri
penyiaran saat ini, profesi sebagai presenter bila ditekuni secara serius, bisa
memberikan penghasilan yang menggiurkan.
Membaiknya perekonomian
di Indonesia, menjadikan berbagai profesi, mampu menghasilkan pendapatan
miliaran rupiah per tahun. Tahun 2005, Majalah Warta Ekonomi mengangkat tulisan tentang profesi-profesi termahal. Profesi
presenter, berada dibawah Perencanaan Keuangan yang menduduki peringkat kedua,
dan Manajer Investasi yang menduduki peringkay pertama.
Pengertian “profesi”
dalam kategori ini adalah jenis pekerjaan dengan keahlian tertentu. Kemudian yang
dimaksud oleh “profesi termahal” yaitu profesi-profesi yang dilakukan
setidaknya oleh sepuluh orang dan berpenghasilan bersih lebih dari Rp 1 miliar,
dalam satu tahun.
Menurut presenter
Helmy Yahya, membaiknya perekonomian membuat masyarakat memiliki dana untuk
menonton hiburan berkelas. Ia mengungkapkan penghasilan pelaku industri di
Indonesia belakangan ini meningkat luar biasa. “Ada lebih dari 100 artis yang
memiliki penghasilan Rp 100 juta per bulan. Salah satunya adalah profesi
seorang presenter. Seperti presenter Tantowi Yahya, Farhan, dan Ferdy Hasan,”
jelasnya.
Helmy Yahya
menuturkan bahwa, untuk menjadi artis, termasuk presenter, memang entry barrier-nya kecil. Siapa pun
mempunyai kesempatan untuk menjadi presenter. Masalahnya, bagaimana mereka mempunyai
nilai jual tinggi. Ada ironi yang berkembang, menjadi presenter laris, tak
melulu harus peduli soal kualitas. “Ada faktor keberuntungan dan kesempatan,”
tegas Helmy.
Sekali manggung,
menurut Dado Parus, mereka mematok bayaran Rp 10 juta ke atas. “Rata-rata
mereka naik panggung 5-8 kali dalam sebulan. Kadang presenter akan mengenakan additional cost, bila acara yang
dipadunya ditayangkan di TV. Alasannya, karena presenter yang bersangkutan tak
mungkin menerima job dari kompetitor
pihak yang memakai jasanya,” ucap Dado Parus.
Menurut Dado
Parus, selama ini justru event organizer (EO)
yang mengkotak-kotakan tarif. “Kami tak pernah mematok harga tinggi,” tegas
manajer presenter Ferdy Hasan itu. “EO dan masyarakat acap kali menganggap presenter
yang sering muncul di TV mempunyai harga lebih tinggi dibanding yang hanya
memandu acara off air. Akibatnya,
bisa saja anak muda yang baru seumur jagung melakoni profesi presenter
bayarannya sama, atau bahkan lebih tinggi dari mereka yang sudah berpengalaman.”
“Menjadi
presenter ideal, paling tidak harus memiliki skill untuk menguasai audiens, komunikatif, dan mampu mengendalikan
acara. Bila perlu, presenter harus berbekal pengetahuan dan mampu melempar joke agar acara tak membosankan,” kata
Dado Parus.
III. Profile
Presenter Sukses
Tantowi Yahya, Rosiana Silalahi, Indra
Bekti dan beberapa nama lainnya telah menikmati kesuksesan dari hasil jerih
payahnya menggeluti profesi sebagai presenter. Untuk mencapai posisi saat ini,
mereka harus melewati perjuangan yang keras. Berikut ini, profile sukses
presenter berita dan presenter acara.
1. Rosiana
Silalahi
Rosiana Silalahi |
Pemirsa setia acara Derap Hukum yang tayang di SCTV beberapa
tahun lalu, tidak asing lagi dengan gaya tutur kata Rosiana Silalahi, yang
lugas dan kritis dalam membawakan acara. Dengan tutur katanya yang lugas namun
santun tersebut, ia pun berhasil mendapat penghargaan dalam Panasonic Awards 2006 sebagai presenter
berita ter-favorite.
2. Najwa
Shihab
Mantan juara kedua mahasiswa
berprestasi Fakultas Hukum Universitas Indonesia tahun 2000 ini, merupakan
presenter wanita yang pertama kali diterjunkan Metro TV ke Banda Aceh untuk
menyiarkan secara langsung kondisi Bumi Serambi Mekkah, setelah dihantam
tsunami. Najwa Shihab mengaku tidak pernah membayangkan untuk menjadi seorang presenter
televisi seperti saat ini. Sewaktu kuliah, ia sempat magang selama tiga bulan
sebagai reporter di RCTI. Dari pengalamannya tersebut, ia menemukan bahwa dunia
televisi menantang, menyenangkan, dan bisa bertemu dengan banyak orang.
Najwa Shihab |
“Saat Metro TV membuka kesempatan untuk
menjadi reporter-presenter, saya melamar. Ketika itu, banyak orang RCTI yang
pindah ke Metro TV. Saya memilih Metro TV dari pada RCTI, karena Metro TV
adalah stasiun televisi berita. Sehingga lebih banyak kesempatan bagi saya
untuk belajar.” Ungkapnya.
3. Tantowi
Yahya
Tantowi Yahya, menceritakan awal
perjalanan kariernya sebagai seorang presenter. Ia mulai menapaki jalan sebagai
seorang presenter profesional mulai tahun 1989, dengan memandu acara Kuis Gita
Remaja, yang ditayangkan oleh TVRI waktu itu. Meski telah sukses memandu
acara Kuis Gita Remaja, namanya saat
itu, belumlah setenar para seniornya, seperti Kris Biantoro, atau Bob Tutupoli.
Seiring dengan perjalanan waktu, ia bisa menempatkan posisinya sejajar dengan
para pendahulunya.
Memasuki tahun 2002, Tantowi Yahya
termasuk dalam jajaran presenter paling laris dan mahal. Selain membawakan
berbagai acara kuis di televisi, ia juga kerap menjadi moderator pada berbagai
seminar dan launching produk. Lewat kuis
Who Wants to be a Millionaire, yang
sukses dipandunya, mengantarkan dirinya menjadi Duta Baca Indonesia 2006. Ia juga
ditunjuk oleh Perpustakaan Nasional RI, untuk mengemban tugas sebagai Duta
Baca.
Tantowi Yahya |
Menurut pengakuannya, setelah lima
tahun memandu kuis, ia jadi rajin membaca. Karena dengan membaca, banyak
membantu dalam memberi petunjuk bagi peserta kuis untuk menemukan jawaban yang
tepat.
Kesibukan lainnya, selain sebagai presenter
dan Duta Baca, ia juga aktif sebagai penyanyi country dan pemandu acara Goin
Country di Metro TV. Sebagai seorang penyanyi, ia telah mengeluarkan
beberapa album dengan balutan musik country.
Bahkan ia menjadi salah satu icon
musik country di Indonesia.
Kesuksesannya sebagai seorang
presenter, juga membuatnya tertarik untuk terjun ke dunia bisnis. Saat ini, ia
telah mendirikan usaha sendiri, yaitu PT Ciptadaya Prestasi yang bergerak dalam
bidang rekaman (recording), PH (Production House), artist management, promotion,
dan event organizer.
4. Tukul Arwana
“Kita kembali ke laptop!!!” “Tak
sobek-sobek mulutmu!!!”. Entah berapa kali Tukul Arwana mengucapkan kalimat
tersebut, saat membawakan acara Empat
Mata di Trans 7. Meski tidak ganteng, terkesan ndeso dan gaptek, Tukul
sukses membawakan acara Empat Mata.
Tukul pernah membintangi video klip
Joshua, waktu masih menjadi penyanyi cilik kala itu. Dalam video klip tersebut,
Tukul sebagai figuran. Dia tampak inferior
sekali di depan Joshua yang sedang tenar. Kalah populer dan kalah imut. Tapi
sekarang, Tukul beda dengan Tukul yang dulu, ia memiliki rasa percaya diri yang
tinggi terlebih saat membawakan acara Empat
Mata.
Tukul Arwana |
Meski sering dicela karena punya wajah
yang tidak ganteng, dia tetep pede. Dia balas ejekan dengan santai. Meski ia
tampak ndeso saat memakai jas resmi, ia tidak rendah diri. Juga kegaptekannya
tidak menghalangi untuk tampil, malah menjadi kosakata yang populer. “Kembali
ke laptop!!!”
Dengan wajah yang pas-pasan, dan kumis
tipis yang dipelihara tumbuh di samping seperti ikan Arwana, saat ini Tukul
mampu memposisikan dirinya sebagai presenter papan atas. Latas belakag Tukul
dari daerah di pertahankan. Tanpa rasa malu, gaya bicaranya yang ‘medok’ Jawa,
dan saat berbicara dengan bahasa Inggris yang kacau-balau, menjadi ciri khas
bagi dirinya. Di saat banyak orang dari daerah yang terjun ke dunia hiburan
berusaha mati-matian mengubah image-nya,
Tukul justru bertahan dengan gaya yang orisinil, lugu, polos dan tidak
dibuat-buat. Namun memiliki skill
membawakan acara secara alami, yang memberi hiburan ringan dan benar-benar menghibur.
5. Indra
Bekti
Untuk meraih hasil yang dicapainya saat
ini, tentu melewati proses yang tidak singkat. Dalam perjalanan kariernya, ia
tidak pernah lelah menempa diri. Salah satunya dengan ikut berbagai kejuaraan. Tahun
1999, ia terpilih menjadi Finalis Top Guest Valentine di sebuah majalah remaja.
“Bakat seniku memang sudah menonjol. Boleh dibilang aku suka tampil sejak kecil.
Aku suka banget menyanyi, baca puisi di rumah atau di depan siapa pun. Mama sampai
bilang, ‘Kayaknya anak ini punya bakat’. Ternyata dalam perjalanan hidup, bakat
seniku semakin menonjol. Terbukti ketika ikut kejuaraan baca puisi dan akting,
hampir dipastikan aku dapat juara.” Ungkap Indra Bekti.
Pria kelahiran Jakarta, 28 Desember
1977 ini dilahirkan dari sebuah keluarga sederhana. Menginjak SMP lalu ke SMA,
aktivitasnya mulai semakin meningkat. Mulai dari kegiatan OSIS, paduan suara,
sampai menjadi anggota Paskibraka. Ia juga pernah menjadi dubber film, mengisi Archi di film kartun anak-anak Candy-Candy.
Indra Bekti |
“Perjalanan waktu juga membentuk
kekuatanku. Rupanya bakat terbesarku adalah menjadi presenter. Bakatku ini
mulai terlihat ketika aku membawakan acara anak-anak Tralala Trilili di RCTI tahun 1999. Aku tampil bersama Agnes
Monica. Lewat acara ini, aku disapa Kak Indra. Sejak itu pula aku memakai nama
panggilan Indra Bekti,” jelasnya.
Pemilik nama asli Bekti Indratomo ini,
sejak kecil suka mendengarkan radio dan menonton televisi. Waktu kecil, ia
sudah memiliki bakat untuk tampil di depan umum, saat masih SD setiap belajar
di rumah, ia berlagak seolah-olah seperti penyiar televisi yang sedang
membacakan berita, atau narasi dengan bergaya duduk membelakangi tembok.
Sejak berhasil membawakan acara Ceriwis di stasiun televisi TRANS, Indra Bekti mengaku karier dan rezekinya semangin mengkilap. Semua itu, buah dari hasil kerja kerasnya. Penampilannya saat memandu acara di televisi selalu funky khas anak muda. Karier Indra sebagai presenter kian vemerlang. Ia laris mnjadi pembawa acara di beberapa acara TV. Itu sebabnya, banyak yang menyebut ia tengah berada di punvak karier.
“Aku sering mendapat tawaran untuk menjadi presenter di mana-mana. Namun, bisa dibilang, orang belum melihat kemampuanku yang sebenarnya. Mungkin karena belum ketemu kliknya saja. Nah, suatu saat aku membawakan acara acara Ceriwis di TRANS. Di situlah orang benar-benar melihat Indra Bekti. Harus kuakui¸Ceriwis menjadi titik balik keberhasilanku,” terangnya.
Setelah sukses di Ceriwis, ia juga sempat membawakan acar televisi lainnya. Seperti Good News bersama Oki Lukman, serta acara musik kolaborasi di SCTV bersama Nirina. Pada penghargaan Panasonic Award 2006, ia memperoleh penghargaan sebagai Presenter Musik dan Variety Show Terfavorite.
“Agar menjadi presenter yang baik, aku memang harus belajar keras. Biasanya aku berkaca pada para presenter yang lebih senior. Aku mengindolakan Indra Safera (alm.), Sarah Sechan, Nine Sikkers, Tantowi Yahya dan Jimmy Aditya yang bahasa Inggrisnya bagus, dan sekarang bisa menjadi presenter internasional,” ungkap Indra.
Sumber:
Triono, Hendri. Langkah Awal Menjadi Presenter: Memulai Karier Sebagai Presenter Radio
& Televisi. Yogyakarta: Penerbit Cakrawala. 2007.
No comments:
Post a Comment